DENE RUKUN YEN
KATINGGAL KANTI LALI ORA BATAL NANGING
WAJIB AMBALENI
KANTI TERTIB
NULI SUNNAH SUJUD SAHWI IKI KABEH
NGERTENONO TITI SURTI
Sepenggal
bait ini begitu menggelitik karena kesederhanaan bahasa dan dalamnya arti,
siapakah yang menggubahnya?...beliau adalah KH. Said Bahruddin Khoirol Jaza,
siapakah beliau?...
Beliaulah figure Al Uswah kita pada edisi Aluswah kali ini.
Karena halaman yang terbatas maka untuk mengenal beliau penulis hanya akan mengenalkan secara singkat tentang perjuangan beliau dalam membuka dan merintis pesantrennya dan mendidik putra-putri dan santrinya saja,
tentu saja di sertai biodata ringkasnya.
1.
Maulidnya
Beliau di lahirkan di desa Simbangkulon Buaran pada tahun
1938 M. dari seorang ayah yg bernama KH. Ahmad Ja’iz dan Ibu Hj. Saodah dengan nama kecil M. Khaeron,
diantara saudara sekandungnya adalah KH. Ilyas jaza (
ulamabesar di Buaran) Nyai Hj. Aslachiyyah
(Istri dari KH. Ahmad Muthohhar Mranggen)
dan Kyai Miftahjaza.
2.
Pendidikannya
Beliau mesantren di Patebon Kendal dan Lasem juga sering mengaji
di sampangan kepada KH. Subkhi Masyhadi kepada beliau Habib
Ali Alattas Pekalongan. Di antara guru-gurunya adalah KH. Ma’shum
, KH. Baidlowi, KH. Masduqi, KH. Manshur semuanya dari Lasem,
juga KH. Thohir sepuh dari desa Jenggot Buaran pekalongan yg mengijazahkan dala’il
kepada beliau.
3.
Kehidupan rumah tangganya
Pada tahun 1960 beliau menikah dengan seorang gadis yg bernama Illiyyah dari desa Kranji putrinya KH. Jazuly dan
di karuniai 8 orang putra-putri, yaitu Ust. H. Haidar,
Ibu Nyai Hj. Mizyati dewi,
KH. Dzilqon ,Ust. H. Abdul Qohir Al Jurjany
,Ust. H. Moh. Zufar Mubarok, Ust. Moh. Naqib Al-murtadlo,
Ustd. Hj. Nubdzati Saodah dan Ustd. Hj.
Khuroiqoti Sufya.
Pada tahun 1991 beliau melaksanakan Ibadah
haji bersama sang istri, dan dari kepergian
haji ini nama beliau beserta istrinya
di ganti menjadi KH. Moh. Said Bahruddin Khoirol Jaza dan Ibu Nyai Hj. Illiyyah menjadi Chimdatie lliya bahriya,
dan atas do’a beliau berdua
Alhamdulillah seluruh anak dan menantunya kini telah menunaikan ibadah
haji semua.
4.
Perjuangan dalam pendidikan
Sebagai seorang manusia yang terdidik dari maha guru-maha guru ampuh
di masanya , beliau menjadi seorang yang
religious tapi moderat, hal ini
bias penulis ketahui dengan menulusuri peninggalan-peninggalan ilmiyah beliau,
di antaranya adalah di masanya beliau mendirikan semacam jama’ah sholat tahajjud,
setiap malam beliau membangunkan anggota-anggotanya dengan telefon supaya bangun melaksanakan tahajjud,
beliau juga mengubah buku-buku atau lampiran - lampiran berbagai macam do’a
di setiap kesempatan, hal itu penulis yakini merupakan dakwah beliau dalam mengajak kawan - kawanya untuk mendekat kepada Allah ta’ala,
dan dalam rangka dakwah
pula beliau mendirikan pesantren yang sebagian tujuannya adalah memberikan fasilitas kepada para anak sekolah untuk mengaji ,
dalam pemikirannya bila pesantren menolak keberadaan anak sekolah maka seluruh anak sekolah tidak ada yang
bisa mengaji, dan itu adalah diskriminasi yang tentu tidak
di perbolehkan dalam islam,
maka berdirilah pesantren yang
di rintisannya pada tahun
1981 dengan nama ASMA’ CHUSNA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar